Selasa, 13 Maret 2012

PSSI oh PSSI


PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) adalah kepala atau organisasi terbesar sepakbola di Indonesia, semua tentang persepakbolaan Indonesia berada di bawah naungannya jadi secara otomatis semua team persepakbolaan Indonesia harus patuh terhadap semua peraturan yang ada. Tapi apakah semua itu bisa diperlakukan dengan baik dan benar oleh PSSI?

Semua rakyat Indonesia pasti tau siapa sih PSSI, seiring perkembangan zaman sepakbola modern PSSI akan menerapkan sepakbola dalam negri yg modern juga yang tadinya liga di dalam negri ini ada 2 wilayah menjadi 1 wilayah yang akan dihuni oleh 18 team yang layak atau lolos dari verifikasi dan bergantilah nama liga Indonesia itu dengan nama Djarum Indonesia Super League (DISL) yang dimulai tahun 2008/09 di bawah naungan PT. Liga Indonesia dan diadakan juga Coppa Indonesia bernama Coppa Dji Sam Soe, pada saat itu ketua umum PSSI masih dijabat oleh Nurdin Halid, akhirnya setelah semua rampung semua kompetisi terbesar sepakbola Indonesia bergulir. Memang agak terlambat sepakbola negri ini dengan negara-negara lainnya yang sudah menjulang jauh prestasi di tingkat internasional sebut sajalah team seperti Manchester United, Juventus, Real Madrid, Barcelona, siapa sih yang tidak tau team raksaksa seperti mereka?

Balik lagi ke sepakbola negri ini. Diawal persepakbolaan modern yang dijalani Indonesia saat itu cukup dibilang berhasil walaupun dana APBD/APBN masih menjadi modal utama untuk masing-masing team, setelah semua laga selesai dilakoni akhirnya Persipura Jaya Pura lah yang menjadi juara pertama kali dipersepakbolaan modern Indonesia dan juara Coppa adalah Sriwijaya FC, mereka berhak berlaga di Liga Champions Asia dan AFC Cup. Cepat waktu bergulir tiba lah DISL 2009/10 yang kali ini peraturan sedikit berbeda dimana semua team yang ikut serta tidak boleh lagi menggunakan dana APBD/APBN dan harus mempunyai PT, walaupun begitu semua team bisa menyanggupinya dan pada saat itu Arema Indonesia keluar sebagai juara dan juara Coppa tetap ditangan Sriwijaya FC, mereka berhak mengikuti kompetisi Liga Champions Asia dan AFC Cup.

Kini saatnya DISL 2010/11 dimulai masih dengan peraturan yang sama di tahun sebelumnya, pada akhir tahun 2010 timnas Indonesia harus menjalani laga di ajang AFF Suzuki Cup 2010 seperti artikel yang sudah saya buat sebelumnya di "Timnas Indonesia 2010". Tapi ditengah-tengah kompetisi berjalan ada dari pihak lain ingin mengadakan kompetisi lain untuk team sepakbola Indonesia yang bernama "Liga Primer Indonesia" (LPI), pada saat itu PSSI yang masih di jabat oleh Nurdin Halid mengatakan dengan tegas bahwa dia tidak menyetujui kompetisi itu tapi dari pihak lain itu masih bersikukuh untuk tetap mengadakan kompetisi tersebut, disini lah mulai adanya pertikaian atau perpecahan di kubu PSSI (padahal perpecahan sudah ada ditahun-tahun sebelumnya) tapi inilah yang bisa dikatakan paling membaranya gejolak dalam kubu PSSI. Karena perpecahan kompetisi itu ada 3 team yaitu Persibo (team promosi DISL 10/11), Persema dan PSM Makassar yang keluar dari kompetisi DISL 10/11 dan secara otomatis 3 team tersebut terdegradasi dan adanya larangan pemain LPI untuk membela skuad garuda, walaupun begitu DISL tetap berjalan hanya dengan 15 team yang berlaga dan Persipura yang menjadi juara, disamping itu LPI yang sebelumnya tetap bergulir dengan team-team yang bisa dikatakan semur jagung atau team baru kemarin sore serta 3 team jebolan DISL akhirnya tidak melanjutkan kompetisi diputaran kedua.

Perpecahan terus silih berganti terhadap PSSI, entah bagaimana dan mengapa itu bisa terjadi? Memasuki tahun 2011 yang dimana kontrak ketum PSSI (Nurdin Halid) saat itu telah habis, memang sudah banyak sekali suara jeritan rakyat yang mengecam dia untuk turun dari jabatannya mungkin karena dia mantan napi atau memang prestasi sepakbola yang tak kunjung membaik. Sesaat suara jeritan rakyat negri ini tak terdengar lagi untuk PSSI karena Nurdin Halid berhasil turun dari jabatannya karena kalah suara dalam pemilihan ketum PSSI yang baru dan terpilih lah ketum PSSI yang baru bernama "Djohar Arifin Husein", pada saat itu rakyat sangat merasa senang dengan lengsernya jabatan Nurdin Halid dari ketum PSSI dan 250 juta rakyat Indonesia berharap ketum baru PSSI (Djohar Arifin Husein) dapat mengembangkan dan memajukan prestasi sepakbola Indonesia ke kancah internasional.

Ternyata eh ternyata suara jeritan rakyat yang hanya baru saja teredam kini kembali bersuar di setiap pelosok negri yang tertuju kepada PSSI karena bukan semakin membaiknya persepakbolaan negri ini malah semakin anjlok saja. Adanya keinginan PSSI untuk merubah format liga indonesia yang sebelumnya sudah bergulir dengan kembalinya menggelar 2 wilayah dan berkeinginan untuk mengganti PT. Liga Indonesia menjadi PT. Liga Prima Indo Sport (LPIS), entah apa yang ada dibenak ketum PSSI pada saat itu padahal sebelumnya sudah menjalani kongres dengan melanjutkan fromat liga indonesia seperti di tahun sebelumnya. Setelah agak redahnya tetang kebodohan PSSI di awal kepemimpinan ketum yang baru dan adanya teguran sanksi dari FIFA apabila Indonesia tidak bisa menggelar kompetisi pada waktu yang ditentukan, sesaat terlahir lah kompetisi yang baru bernama "Indonesian Premier League" (IPL) atau Liga Prima Indonesia (LPI) dengan jadwal yang sangat semrawut dan tidak terkoordinir dengan baik tapi partai pembuka tetap berjalan antara Semen Padang vs Persib Bandung yang berakhir imbang, mungkin itu hanya partai pembela agar tidak adanya sanksi dari FIFA untuk Indonesia, alhasil sebagian besar team dari DISL tetap ingin bermain di bawah naungan PT. Liga Indonesia (ISL) bukan dari PT. Liga Prima Indo Sport (IPL) nah dari situ lah terjadinya "dualisme" dimasing-masing team dari berbagai kota seperti Persebaya, PSMS, Arema bahkan team sebesar Persija pun ikut terlena dalam dualisme team tersebut. Akhirnya kompetisi liga indonesia pun dihentikan sementara karena kesibukan para punggawa timnas untuk berlaga di kualifikasi piala dunia 2014 brazil seperti yang saya tulis di artikel sebelumnya yang berjudul "Timnas Indonesia Menuju Piala Dunia 2014 Brazil" dan "29 Februari yang Kelam Untuk Timnas Indonesia", setelah para punggawa selesai menjalankan tugasnya membela garuda di dada kini mereka kembali membela club masing-masing baik dari kompetisi IPL ataupun ISL.

Saya pun sampai berkata untuk ketum PSSI saat ini "sebenarnya lo ngerti sepakbola ga sih?" Dan mungkin surat dari @syamsiralam juga bisa mewakili isi dalam hati seluruh rakyat negri ini di "Jangan Renggut Mimpi Kami" dan @bepe20 pun banyak berkata lewat website resminya di www.bambangpamungkas20.com tentang persepakbolaan negri ini dan bagaimana perasaan mantan ketum PSSI melihat semua ini? Lalu bagaimana tanggapan si bodoh PSSI sekarang ini setelah mendengar dan melihat semua itu? Apakah kebodohan yang terus dikembangkan? setelah gagalnya timnas senior di piala AFF, timnas U23 di Seagames 2011 dan timnas U21 di hasanah bolkiah trophy. Aduuuh PSSI apakah kita (rakyat indonesia) harus melakukan kekerasan agar kalian sadar? Saya yakin dengan kekerasan pun mereka (PSSI) tidak akan pernah peduli, yang mereka pikrikan hanyalah bagaimana caranya agar mereka sukses mempolitisasikan sepakbola indonesia. Saya pikir sebaiknya ketua umum PSSI yang terbaik adalah seluruh rakyat indonesia atau mantan pesepakbola yang benar-benar peduli terhadap sepakbola Indonesia tanpa kenal oleh orang-orang kotor di luar sana karena apabila masih dijabat oleh salah satu orang kotor disana apalagi berasal dari orang-orang politik, tidak akan pernah maju prestasi sepakbola Indonesia di kancah Internasional sampai kapanpun bahkan semakin hancur sajalah sepakbola negri ini. PSSI oh PSSI !!! "Semua rakyat Indonesia ingin melihat sepakbola yang bersih dan sehat serta timnas Indonesia berprestasi di kancah internasional karena kami haus akan gelar". So bagaimana kepemimpinan PSSI apabila mempunyai ketum yang baru lagi? »To be continued

Tidak ada komentar:

Posting Komentar